Kamis, November 29, 2007

Dr Hidayat Nur Wahid MA:
Menjaga Lingkungan Pesan Utama Islam
dari Republika Online
Sebagai agama, Islam sangat peduli pada lingkungan. Sejak awal, misi Islam adalah rahmatan lil'alamin (rahmat bagi seluruh alam). Karena itu, Islam sangat menekankan pentingnya menjaga lingkungan agar tercipta kehidupan yang harmonis dari generasi ke generasi. ''Wajar sekali jika sejak awal idiologi Islam adalah idiologi yang menegaskan pentingnya manusia sebagai hamba Allah untuk peduli dan menyelematkan lingkungan, ujar Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Dr Hidayat Nur Wahid MA.
Lingkungan yang rusak, kata dia, tak hanya dirasakan oleh pelaku semata, tapi juga oleh masyarakat yang lainnya. Karena itulah Islam menekankan pentingnya menjaga lingkungan,'' tambahnya. Berikut ini wawancara lengkap dengan salah satu pembicara dalam Konferensi Perubahan Iklim di Bali ini mengenai konsep Islam terhadap lingkungan:
Bisa dijelaskan pandangan Islam terhadap lingkungan?
Islam sebagai agama yang sejak awal menegaskan misinya sebagai rahmatan lil'alamin, tentulah karenanya sangat peduli dengan masalah lingkungan. Allah SWT dalam pandangan Islam disebut juga sebagai rabbul'alamin, karenanya Allah lah yang menciptakan seluruh jagad raya dan seisinya dan karenanya Ia menciptakan lingkungan bagi manusia.
Wajar sekali jika sejak awal idiologi Islam adalah idiologi yang menegaskan pentingnya manusia sebagai hamba Allah untuk peduli dan menyelamatkan lingkungan. Karena itulah manusia disebut khalifah. Khalifah artinya wakil Allah di muka bumi yang terus menerus menghadirkan proses regenerasi untuk hadirnya kepemimpinan maupun hadirnya kehidupan yang bisa diwarisi oleh generasi yang akan datang. Itu tidak mungkin terjadi, kalau manusia mengabaikan perannya sebagai hamba Allah yang rabbul'alamin itu, kemudian tidak mengikuti Rasulullah SAW yang risalahnya adalah rahmatan lil'alamin termasuk untuk alam itu, dan tidak mungkin akan terjadi kalau manusia tidak melakukan peranan ubudiyah dan imaratul ardh (memakmurkan bumi).
Menjaga alam adalah perintah Allah, ya?
Allah SWT dalam Alquran surat Hud (11) ayat 60 berfirman yang artinya: ''Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata, 'Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya).''
Kalau Allah memerintahkan kita untuk memakmurkan kehidupan di bumi, itu artinya adalah Allah memerintahkan kita untuk merealisasikan cara bagaimana agar kemakmuran itu bisa diwujudkan. Dalam kaitan ini ada kaidah usul fikih yang menyebutkan Al Amru bisysyai, amrun bi wasailihi (Perintahkan sesuatu, artinya juga memerintahkan sarana, yang dengan cara itu sesuatu itu bisa diwujudkan).
Teologi Islam dibangun atas dasar teologi yang positif, konstruktif, manusia memakmurkan kehidupan dan dengan cara itu manusia menjaga lingkungannya. Menjaga lingkungan bukan hanya untuk dirinya, bahkan Allah menugaskan kita sebagai khalifah, sebagai wakil Allah di muka bumi. Menjaga alam agar kehidupan bisa terus dinikmati oleh generasi selanjutnya. Dan generasi yang akan datang tidak mungkin bisa menikmati kehidupan, bila generasi yang sekarang lupa dengan tugas ini.
Jadi, peran manusia sangat sentral dalam hal ini?
Ya. Allah SWT tegas berfirman dalam Alquran surat Al Qhashash (28) ayat 77 yang artinya: ''Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.''
Dalam ayat itu sangat ditegaskan kita harus berbuat baik sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada kita. Bisa kita lihat, Allah telah dengan ihsan-Nya menciptakan alam dan diberikan secara gratis kepada kita. Karena itu sangat wajar bila kita juga berbuat baik terutama kepada lingkungan sebagaimana Allah telah berbuat kepada kita. Memang ketika Allah menciptakan bumi dan seisinya, juga ada potensi-potensi untuk gempa bumi, tsunami, angin ribut, patahan lempengan bumi yang bisa bergerak dan bertemu.
Karena memang Allah SWT menciptakan bumi, langit dan gunung bisa bergerak, tetapi itu semua sesungguhnya dihadirkan bukan untuk mengazab manusia, tapi untuk mengingatkan jangan sampai bumi dan seisinya ini dirusak. Kalau tidak dirusak, bumi dan yang lainnya tidak akan menyengsarakan manusia.
Sayangnya, manusia sering jadi pelupa. Pelupa kadang-kadang bukan pelupa biasa. Lupa karena dibisiki setan, lupa karena dibisiki dolar. Manusia sering lupa karena potensi dalam dirinya yaitu potensi lawwamah sehingga ia merusak alam.
Manusia yang paling bertanggung jawab terhadap alam yang rusak?
Persis. Allah SWT dalam Alquran surat Ar-Ruum ayat 41 menyebutkan kerusakan yang terjadi di bumi dan seisinya itu karena ulah tangan manusia. Dalam ayat tersebut, Allah SWT mengingatkan kerusakan yang ditimbulkan tangan-tangan manusia, akan menghadirkan dampak negatif yang akan mereka rasakan bukan hanya di neraka, bukan hanya di alam kubur, bukan hanya nanti di akhirat yang orang lain tidak bisa menyaksikannya, tapi juga dampak negatifnya bisa mereka rasakan sekarang ini ketika mereka masih hidup.
Mereka terkena dampak dari akibat pemanasan global. Kita tahu, di Eropa mana ada orang mati gara-gara kepanasan? Tapi tahun lalu sudah ada beberapa yang mati akibat kepanasan. Kita juga mana pernah terjadi banjir di Inggris, kemarin ini banjir besar melanda Inggris. Seperti juga di Indonesia mulai tsunami, angin kencang dan lain sebagainya. Tentunya tidak semua orang berbuat keburukan. Masih ada di antara mereka yang berbuat kebaikan. Tapi masalahnya, bila ada kejahatan atau keburukan yang terjadi, dampaknya tidak hanya dirasakan oleh para pelaku, tapi juga orang baik pun bisa ikut merasakannya.
Komentar Anda tentang Konferensi Perubahan Iklim?
Kerusakan lingkungan yang terjadi sekarang ini seperti global warning ini bukan peristiwa yang terjadi akibat seseorang di suatu kampung atau di suatu negara, tapi karena perilaku global. Kata-kata la'allahum yarji'un (mudah-mudahan mereka segera kembali, red) bukan dimaksudkan hanya orang Indonesia atau hanya orang yang beragama Islam saja, tetapi apa pun agamanya, apa pun latar belakang ras dan kewarganegaraannya, mereka harus kembali menyadari untuk menjaga alam laingkungan, mereka harus sadar untuk tidak merusaknya. (dam)

Tidak ada komentar: